1.1 Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu alamiah dasar atau
sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science) merupakan ilmu
pengetahuan yang menjelaskan tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk
di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya mengkaji
konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja dan ilmu yang hanya
berbicara tentang bagaimna metode-metode ilmu kealaman dalam menjelaskan
gejala-gejala alam lebih secara filosofi.
IAD merumuskan pemikiran yang selalu di landasi oleh realisme, karena ilmu sains ini berbicara tentang metode-metode alamiah dan gejala-gejala alamiah sehingga tidak dapat lepas dari realitas objek-objek materi yang dapat dilihat oleh indra.
Sedangkan ilmu alamiah dasar menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (2006: V) “Ilmu Alamiah Dasar” merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam
bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi”.
Ilmu alamiah dasar yang mempelajari dasar-dasar alamiah secara universal atau keselururan tapi yang mencakup dasar-dasarnya saja. Ilmu alamiah selalu merumuskan masalahnya dari gejala-gejala yang realitas sehingga metode yang dapat digunakan dalam ilmu alamiah dasar adalah metode-metode yang tidak lepas dari objek-objek materi yang dapat dilihat dan dirasa oleh panca indra.
Metode-metode yang digunakan dalam menapsirkan Ilmu Alamiah Dasar adalah metode-metode alamiah yang dapat di lihat oleh indra sehingga,tidak dapat dengan mudah untuk mengambil keputusan untuk membuat prinsip mengenai ilmu alamiah dasar jika tidak ada realitanya.
IAD merumuskan pemikiran yang selalu di landasi oleh realisme, karena ilmu sains ini berbicara tentang metode-metode alamiah dan gejala-gejala alamiah sehingga tidak dapat lepas dari realitas objek-objek materi yang dapat dilihat oleh indra.
Sedangkan ilmu alamiah dasar menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (2006: V) “Ilmu Alamiah Dasar” merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam
bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi”.
Ilmu alamiah dasar yang mempelajari dasar-dasar alamiah secara universal atau keselururan tapi yang mencakup dasar-dasarnya saja. Ilmu alamiah selalu merumuskan masalahnya dari gejala-gejala yang realitas sehingga metode yang dapat digunakan dalam ilmu alamiah dasar adalah metode-metode yang tidak lepas dari objek-objek materi yang dapat dilihat dan dirasa oleh panca indra.
Metode-metode yang digunakan dalam menapsirkan Ilmu Alamiah Dasar adalah metode-metode alamiah yang dapat di lihat oleh indra sehingga,tidak dapat dengan mudah untuk mengambil keputusan untuk membuat prinsip mengenai ilmu alamiah dasar jika tidak ada realitanya.
1.2 Perkembangan Pikiran
Manusia
A. Sifat Unik Manusia
Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan
rohani, akal budi, dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak mempunyai tanduk,
taji, ataupun sengat, maka untuk membela diri terhadap serangan dari makhluk
lain dan untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan,
manusia harus memanfaatkan akal budinya yang cemerlang. Kemauannya yang keras
menyebabkan manusia dapat mengendalikan jasmaninya.
Hal ini dapat menimbulkan efek yang negatif misalnya, manusia dapat mogok
makan, dapat minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan
dapat bunuh diri. Kalau tubuh mendapat pengaruh yang negatif dari
lingkungan, maka timbul reaksi yang mendorong tubuh supaya melepaskan diri dari
lingkungan yang merugikan itu. Tetapi kemauan keras dapat memaksa tubuh supaya
tetap menerima pengaruh yang negatif itu. Jadi, sifat unik manusia itu adalah
akal budi dan kemauannya menaklukkan jasmaninya.
B. Rasa Ingin Tahu
Dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara untuk
melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal
budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Dengan kata
lain, rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Akal budi manusia tidak
pernah puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Rasa ingin tahu
mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya.
1.3 Pengertian Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat
Mitos adalah
sebuah imajinasi dari manusia yang berusaha untuk menerangkan gejala alam yang
ada pada saat itu yang dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan ghaib.
Namun, disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam menjelaskan hal tersebut
sehingga cenderung diidentikkan dengan seorang dewa/dewi, tokoh misteri serta
sesuatu yang berbau mistis. Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat
subyektif.
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat
terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah,
manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu.
Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak
dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang
bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa
gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri
dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan
menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di
dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau
adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru
yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita
yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena
keterbatasan alat indera manusia misalnya:
- Alat Penglihatan Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
- Alat Pendengan Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
- Alat Pencium dan Pengecap Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis,masam ,asin dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
- Alat Perasa Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relative sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di
atas sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada
yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah
informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan
ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap
sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang
diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan
berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu
dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan
karena keterbatasan penginderaan baik
langsung maupun dengan
alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa
itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Menurut Auguste comte (1798-1857),dalam sejarah perkembangan jiwa manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga tahap:
1. Tahap
teologi atau fiktif
Pada tahap teologi atau
fiktif manusia berusaha untuk mencaari atau menemukan sebab yang pertama dan
tujuan yang terakhir dari segala sesuatu,dan selalu dihubungkan dengan kekuatan
ghaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya
dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa
dikuasi dan diatur oleh para dewa atau kekuatan ghaib lainnya.
2. Tahap
filsafat atau metafisik atau abstrak
Tahap metafisika atau abstrak
merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan
akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan kepada kepercayan akan adanya
kekuatan ghaib , melainkan kepada akalnya sendiri,akal yang telah mampu
melakukan abstraktasi guna menemukan hakikat segala sesuatu.
3. Tahap
positif atau ilmiah riel
Tahap positif atau riel merupakan
tahap dimana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riel,atas dasar
pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif , melalui
pengamatan , percobaan dan perbandingan.
Legenda adalah sebuah cerita yang dirangkai secara turun
temurun dan dipercayai oleh masyarakat karena terbukti secara logis dalam
pendeskripsian ceritanya, cenderung mengemukakan kehadiran seorang tokoh yang
dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contohnya:
· Tangkuban perahu yang
berlokasi di kota Bandung, sebagai hasil perwujudan kemarahan sangkuriang yang
telah gagal dalam mewujudkan pinta calon pinangannya yang merupakan ibu
kandungnya sendiri.
· Sangkuriang
· La
Madukelleng
· William
Tell
· Lutung
Kasarung
Cerita Rakyat merupakan suatu peristiwa yang dikisahkan untuk menjelaskan akan
terjadinya sesuatu yang ada dimuka bumi ini. salah satu contoh kisah rakyat
yakni tangkuban perahu sebagai perwujudan kemarahan sangkuriang yang telah
gagal dalam mewujudkan calon pinangannya yang merupakan ibu kandungnya sendiri.
Kisah bawang merah dan bawang putih yang telah kita kenal sejak dahulu dapat
menjadi salah satu contoh dalam hal ini.
Contohnya :
· Malin
Kundang
· Si
Pitung
· Timun
Mas
A. Penalaran
Penalaran Deduktif (rasionalisme)
Dengan bertambah majunya
alam pikiran manusia dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan, manusia
dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos.
Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia sesudah tahap mitos, manusia
berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbentuk,
tetapi belum ditemukan metode berpikir secara obyektif. Rasio sudah mulai dioperasikan,
tetapi kurang obyektif. Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat
ini manusia mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami obyek secara dangkal,
tetapi obyek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.
Perkembangan alam pikiran manusia merupakan suatu proses, maka
manusia tidak puas dengan pemikiran ini, sehingga berkembang ke dalam tahap
positif atau tahap ilmu. Dalam tahap positif atau tahap ilmu ini, rasio sudah
dioperasikan secara obyektif. Manusia menghadapi obyek dengan rasio.
Dalam menghadapi
peristiwa-peristiwa alam, misalnya gunung api meletus yang menimbulkan banyak
korban dan kerusakan, manusia tidak lagi mengadakan selamatan dengan
tari-tarian dan nyanyian, tetapi akan mengamati peristiwa itu, mempelajari
mengapa gunung api itu dapat meletus, kemudian berusaha mencari penyelesaian
dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan hasil pengamatannya. Misalnya,
dengan mencegah terjadinya letusan yang hebat. Untuk mengurangi banyaknya
korban, penduduk di sekeliling gunung api tersebut dipindahkan ke daerah lain.
Inilah bukti bahwa manusia lama-kelamaan tidak puas dengan mitos sebagai
pemikiran yang irasional, kemudian mencari jawaban yang rasional.
Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha memperoleh
pengetahuan yang benar. Kaum rasionalis mengembangkan paham yang disebut
rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis menggunakan penalaran
deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari pernyataan
yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut
silogisme. Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua
premis tersebut.
Dengan demikian, jelas bahwa penalaran deduktif ini pertama-tama harus mulai
dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya. Aksioma dasar ini yang dipakai
untuk membangun sistem pemikirannya, diturunkan atau berasal dari idea yang
menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Dengan
penalaran deduktif ini dapat diperoleh bermacam-macam pengetahuan mengenai
sesuatu obyek tertentu tanpa ada kesepakatan yang dapat diterima oleh semua
pihak. Di samping itu juga terdapat kesulitan untuk menerapkan konsep rasional
kepada kehidupan praktis.
Penalaran Induktif (empirisme)
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata mempunyai
kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman konkret.
Mereka yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret disebut
penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan
yang benar ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman
konkret.
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif.
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari
pengamatan, atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya, pada pengamatan
atas logam besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya, jika dipanasi ternyata
menunjukkan bertambah panjang.
Dari uraian
di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh hanya dengan
penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas
dari pengalaman. Demikian pula dengan pengetahuan yang diperoleh hanya dari
penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan pancaindera.
Karena itu himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu
pengetahuan.
CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Menurut Charles
Price ada 4 macam cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
i) Percaya
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
ii) Wibawa
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar
iii) Apriori
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
iv) Metode Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau
salah. Ilmu pengetahuan dianggap
Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
(1) Objektif (Pengetahuan itu sesuai dengan Objek)
(2) Metodik (Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol)
(3) Sistematis (Pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri
sendiri satu sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga
keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.)
(4) Berlaku Umum/ Universal (Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh
seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi
yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.)
Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
A. Rasionalisme
Secara etimologis Rasionalisme berasal
dari kata bahasa Inggrisrationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa
Latin ratio yang berarti “akal”. A.R. Lacey7 menambahkan bahwa
berdasarkan akar katanya Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan
bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Sementara itu,
secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang pada
prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan
akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul
atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
B. Empirisa
Yaitu pengetahuan yg disusun berdasarkan
pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis
berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg
abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.
Beberapa alasan
mengapa manusia mudah menerima mitos
Begitu besarnya pengaruh mitos, legenda dan cerita rakyat, bahkan hingga
sampai saat ini banyak dari kita yang masih mempercayai salah satu atau
beberapa hal tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan mitos dan beberapa hal
berikutnya dapat timbul ialah :
1. Keterbatasan pengetahuan manusia, pada umunya
manusia memperoleh informasi dari cerita orang yang mengetahui akan suatu hal.
Kemudian hal ini bepindah telinga kepada manusia yang lain. Yang menjadi
masalah adalah kebenaran tentang informasi atau pengetahuan yang muncul dan
telah menyebar tersebut.
2. Keterbatasan manusia dalam menalarkan sesuatu, ini dikarenakan
kemampuan berpikir manusia pada saat itu masih latih. Sehingga pemikiran yang
dihasilkan dapat benar dan dapat pula salah.
3. Keingintahuan manusia yang telah terpenuhi untuk sementara, mengandung
pengertian bahwa ketika manusia telah mampu menalarkan sedikit hal yang ada
dalam pikirannya maka disitulah letak kepuasan manusia yang diterimanya secara
intuisi.
4. Keterbatasan alat
indera manusia, selain beberapa hal diatas keterbatasan manusia
terhadap bagaimana Ia menggunakan alat inderanya masih terbatas sehingga
jangkauan yang sangat detail dalam suatu penciptaan hal yang baru masih bisa
diragukan.
1.4 Pengertian
metode imiah
Metode ilmiah atau
proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut kemudian diuji dengan melakukan
eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, maka hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik.
2. Logis.
3. Empiric
4. Replikatif
Langkah-langkah operasional metode ilmiah
A. Perumusan masalah, yang dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang obyek yangteliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B. Penyusunan hipotesis, yang dimaksud
hipotesis yaitu suatupernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban
untukmemecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,hipotesis
merupakan dugaan yang tentu saja didukung olehpengetahuan yang ada. Hipotesis
juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang
harus diujikebenarannya dalam suatu obserevasi atau eksperimentasi.
C. Pengujian hipotesis, yaitu berbagai
usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan
untuk dapatmemperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukunghipotesis
tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan
langsung dengan mata atau teleskop atau dapat jugamelalui uji coba atau
eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itudikumpulkan melalui penginderaan.
D. Penarikan kesimpulan, penarikan
kesimpulan ini didasarkan ataspenilaian melalui analisis dari fakta (data)
untuk melihat apakahhipotesis yang diajukan ituditerima
atau tidak.Hipotesis itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul
itumendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta tidak mendukung makahipotesis itu
ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatupengetahuan yang kebenarannya
telah diuji secara ilmiah, danmerupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
Perbedaan penelitian
berdasarkan keilmiahan
1. Penelitian Ilmiah
Penelitian IlmiahMenggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
Penelitian IlmiahMenggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
§ Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang
masalah yang diteliti:
§ Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan
yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:
§ Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;
§ Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain
metodologi yang baik;
§ Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas
§ Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus
yang sama atau yang sejenis;
§ Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual :
tidak subjektif dan emosional;
§ Generalizability, Semakin luas ruang lingkup
penggunaan hasilnya semakin berguna;
§ Precision, Mendekati realitas danconfidence peluang
kejadian dari estimasi dapat dilihat;
2. Penelitian non ilmiah (Tidak menggunakan
metode atau kaidah-kaidah ilmiah)
§ Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya :
Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis,
Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional),
Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik,
Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
§ Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel
adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan
variasi baik kuantitatif maupunkualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan
datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel
masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to
describe = membeberkan/menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel
masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
Keunggulan dan Keterbatasan Metode Ilmiah
A.Keterbatasan
Dengan
metode ilmiah dapat dihasilkan ilmu atau pengetahuanyang ilmiah. Dalam
pengujian hipotesis, diperlukan data. Data iniberasal dari pengamatan yang
dilakukan oleh pancaindera. Kitamengetahui bahwa panca indera mempunyai
keterbatasan untukmenangkap sesuatu fakta. Dengan demikian maka data yang
terkumpul juga tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Kesimpulan yang
diambilberdasarkan data tidak benar, tentu saja juga tidak akan benar.
Jadi,peluang terjadinya kekeliruan suatu kesimpulan yang diambilberdasarskan
metode ilmiah tetap ada. Oleh karena itu semuakesimpulan ilmiah, atau kebenaran
ilmu bersifat tentatif, artinya kesimpulan itu dianggap benar selama belum ada
kebenaran ilmu yangdapat menolak kesimpulan itu. Sedangkan kesimpulan ilmiah
yangdapat menolak kesimpulan ilmiah yang terdahulu, menjadi kebenaranilmu yang
baru.Keterbatasan lain yaitu tidak dapat menjangkau untuk membuatkesimpulan
yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistim nilai,tentang seni dan
keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untukmenguji adanya Tuhan.
B.Keunggulan
Ciri
ilmiah yaitu obyektif, metodik, sistimatik dan berlaku umum olehkarena itu
orang akan terbimbing sedemikian hingga padanyaterkembangkan suatu sikap
ilmiah.Sikap ilmiah yaitu :
1).
Mencintai kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil
2).
Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut
3).
Tidak percaya pada takhyul, astrologi maupun untung-untungan.
4).
Ingin tahu lebih banyak
5).
Tidak berpikir secara prasangka
6).
Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanyabukti-bukti yang
nyata.
7).
Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang menurutkeyakinan
ilmiahnya adalah benar.
1.5 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis yang
didasarkan pada penyelidikan dan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa atau
gejala alam melalui metode dan sikap ilmiah. Ilmu ini terus berkembang,
bertambah luas, dan mendalam sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan
penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang dikenal
sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
(IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata banyak proses yang penjelasannya
memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang ilmu yang merupakan kombinasi
dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia Fisika, Biokimia, Biofisika,
dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang tersebut sebenarnya untuk
lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari sudut pandang tertentu. Namun
di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni sasaran yang diselidiki,
diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta yang meliputi: asal mula
alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses, mekanisme, sifat benda maupun
peristiwa yang terjadi.
Rasa ingin tahu
dan terbentuknya ilmu pengetahuan
Beberapa binatang
sudah mempunyai otak, sehingga mempunyai daya piker namun terbatas pada insting
(naluri) dan upaya mempertahankan diri serta turunannya. Insting tersebut terutama
ditujukan untuk kelangsungan hidupnya seperti memperoleh makanan, perlindungan
diri dan perkembangbiakan. Aktivitas hewan tersebut ternyata tidak berubah dari
masa ke masa dan dinyatakan sebagai idle curiousity. Sedangkan
manusia di samping mempunyai naluri dan nurani, manusia juga memiliki nalari.
Dengan nalari itu, manusia menggunakan kemampuan otaknya untuk melakukan
penalaran, pemikiran logis dan analisis. Berlandaskan kemampuan tersebut maka
pengetahuan yang diperoleh saat ini merupakan dasar dari munculnya rasa ingin
tahu manusia tersebut selalu berkembang (curiousity). Dengan nurani,
manusia selalu ingin berbuat baik untuk dirinya dan lingkungannya.
Secara sederhana
perkembangan rasa ingin tahu dimulai dengan
pertanyaan apa atau“what” tentang sesuatu, dan dilanjutkan
dengan
pertanyaan bagaimana atau “how” danmengapa atau “why”.
Sebagai contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu anak-anak terhadap suatu
benda, maka pertanyaan yang diajukan oleh anak pada usia sekitar dua tahun
adalah “apa” nama benda tersebut, misalkan benda tersebut adalah
pensil. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia menjelang TK
adalah “bagaimana”menggunakannya. Setelah usianya lebih dewasa lagi, maka
pertanyaan yang akan muncul di benaknya adalah “mengapa” pensil dapat
digunakan untuk menulis? Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru
dan sekaligus rasa ingin tahunya terjawabkan.
Adanya kemampuan
berpikir pada manusialah yang menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu
tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam
semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan alam
(IPA). Dengan akal yang dimiliki manusia, semua pengetahuan dapat diturunkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang dapat disimpan dan
diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan pengetahuan yang
diperoleh saat itu maka informasi tentang pengetahuan ini akan terus bertambah
dan berkembang dari generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas,
maka secara sederhana urutan perkembangan ilmu dimulai dari rasa ingin
tahu terhadap sesuatu maka dilakukan suatu pengamatan.Berdasarkan
pengamatan berulangkali diperoleh pengalaman. Berdasarkan pengamatan
dan pengalaman yang terus-menerus diperoleh pengetahuan, semisal sifat
dari benda yang diamati.
Klik Next BAB untuk selanjutnya
Klik Next BAB untuk selanjutnya
www.wikipedia.com
www.rosykusuma-google
massofa.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar