3.1 Asal mula kehidupan dibumi
A. Teori tentang asal usul kehidupan dibumi
Bumi bukanlah benda di
jagat raya yang muncul dengan sendirinya dalam bentuk yang sempurna. Bumi tebentuk
melalui proses yang ppanjang dan terus berkembang hingga terbentuk sekarang
ini. Para ilmuwan berpendapat bahwa proses pembentukan bumi sduah sejak
berniliar-miliar tahun yang lalu. Planet bumi bermula dari awan raksasa yang
selalu berputar di antariksa. Awan raksasa tersebut akan membentuk bola- bola
yang menarik butir- butir debu dan gas. Bola- bola debu dan gas inilah awal
mula terbentuknya bumi.
Beberapa teori tentang asal usul kehidupan:
1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural
(ghalib) pada saat istimewa (teori kreasi khas)
2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada
berbagai kesempatan (teori generatio spontanea)
3. Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)
4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja
(teori kosmozoan)
5. Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia
(evolusi biokimia)
·
Teori Evolusi Kimia
Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya senyawa organik
terjadi secara bertahap dimulai dari bereaksinya bahan-bahan anorganik yang
terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi halilintar membentuk
senyawa-senyawa organik kompleks. Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi
atmosfer purba di dalam skala laboratorium.
·
Teori Evolusi Biologi
Alexander Oparin
mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi yang
menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar ultra
violet. Senyawa organik tersebut merupakan “soppurba” tempat kehidupan dapat
muncul. Senyawa organik akhirnya akan membentuk timbunan gumpalan (koaservat).
Timbunan gumpalan (koaservat) yang kaya akan bahan-bahan organik membentuk
timbunan jajaran molekul lipid sepanjang perbatasan koaservat dengan media luar
yang dianggap sebagai “selaput sel primitif” yang memberi stabilitas pada
koaservat.
Meskipun begitu Oparin
tetap berpendapat amatlah sulit untuk nantinya koaservat yang sudah terbungkus
dengan selaput sel primitif tadi akan dapat menghasilkan “organisme
heterotrofik” yang dapat mereplikasikan dirinya dan mengambil nutrisi dari “sop
purba” yang kaya akan bahan-bahan organik dan menjelaskan mekanisme
transformasi dari molekul-molekul protein sebagai benda tak hidup ke benda
hidup.
·
Teori Abiogenesis
Teori ini mengatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati (Generatio Spontanea).
Teori Abiogenesis dicetuskan pertama kali oleh Aristoteles (384
– 322 SM), yang merupakan tokoh ilmu pengetahuan dari Yunani Kuno. Aristoteles melakukan
pengamatan ikan-ikan di sungai. Ia berpendapat bahwa ada sebagian ikan-ikan di
sungai tersebut yang berasal dari lumpur. Teori Abiogenesis ini didukung pula
oleh seorang ilmuwan Inggris pada tahun 1700 yang bernama Nedhan.
Ia mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan rebusan kaldu. Hasil rebusan
kaldu kemudian dimasukkan ke dalam botol dan ditutup dengan gabus. Setelah
beberapa hari, ternyata air kaldu tersebut ditumbuhi bakteri. Akhirnya Nedhan
menyimpulkan bahwa bakteri berasal dari air kaldu.
·
Teori Biogenesis.
Teori biogenesis adalah
suatu teori yang mengemukakan bahwa asal kehidupan suatu makhluk hidup berasal
dari makhluk hidup pula. Semboyan teori Biogenesis adalah “omne vivum ex ovo”
(makhluk hidup berasal dari telur) “omne vivum ex vivo” (makhluk hidup
berasal dari makhluk hidup yang telah ada).
3.2 Perkembangan Seksual dan Aseksual
Perkembangan
seksual
Teori tentang perkembangan seks manusia ditemukan oleh
tokoh psikologi Sigmund Freud (dalam Sallun, 1990 : 12). Freud membagi
perkembangan seks manusia menjadi lima tahap, mulai dari bayi sampai remaja,
yaitu:
1. Tahap
Oral
Tahap oral terjadi pada tahun pertama kelahiran,
dimana anak mendapatkan perasaan nikmat melalui mulutnya yaitu ketika sedang
menyusu dan menghisap air susu melalui putting susu ibunya. Tahap ini dimulai
sejak bayi hingga usia antara 1—2 tahun. Pada usia ini seorang anak terikat sangat
antusias memasukkan apa saja kedalam mulutnya. Hal itu merupakan tahap awal
pemenuhan dari perkembangan psikoseksual dalam dirinya.
2. Tahap
Anal
Tahap anal kenikmatan yang dirasakan berubah dari
mulut kedaerah anus dan sekitarnya (seperti saluran kencing), rasa nikmat dan
puas dirasakan ketika anak sedang menahan kencing dan buang air besar. Tahap
ini dimulai saat anak berusia pada saat anak berusia 2—4 tahun.
3. Tahap
Phalic
Tahap Phalic biasa terjadi antara usia 4—6 tahun atau
lebih. Pada tahap ini perhatian anak mulai terfokus pada alat kelamin dan
biasanya sedang mempermainkannya. Pada atahp ini pula anak menemukan perbedaan
jenis kelamin.
4. Tahap
Latency
Tahap Latency yang berlansung dari usia enam sampai
dua belas tahun. Pada masa ini dorongan-dorongan seks anak masih terpendam
karena mereka masih menyibukkan diri untuk mempelajari hal-hal baru dan dunia
sekitarnya.
5. Tahap
Genital
Rasa seks itu muncul kembali pada tahap genital yang
berlangsung pada usia puber dimana perhatian anak terfokus pada hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan kelamin.
Perkembangan aseksual
Reproduksi aseksual adalah proses reproduksi dimana
keturunan timbul dari orangtua tunggal, dan mewarisi gen dari satu orang tua.
Aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan meiosis,
ploidi pengurangan, atau fertilisasi. Sebuah definisi yang lebih ketat adalah
agamogenesis yang adalah reproduksi tanpa fusi gamet. Reproduksi aseksual
adalah bentuk reproduksi organisme bersel tunggal seperti archaea, bakteri,
dan protista.
Banyak tanaman dan jamur bereproduksi
secara aseksual juga.
Sementara semua prokariota bereproduksi
secara aseksual (tanpa pembentukan dan fusi gamet), mekanisme transfer gen
lateral yang seperti konjugasi, transformasi, dan transduksi kadang-kadang
disamakan dengan reproduksi seksual. Kurang lengkapnya reproduksi seksual relatif jarang
terjadi di antara organisme multiseluler, terutama hewan.
3.3 Geografi kehidupan
I. Penyebaran Makhluk Hidup
Di bumi ini, terdapat berbagai macam
jenis makhluk hidup yang berbeda-beda. Namun terkadang kita melihat adanya
kesamaan antara makhluk hidup di suatu wilayah dengan wilayah lain. Hal ini di
karenakan adanya faktor penyebaran makhluk hidup. Berikut mari kita bahas apa
saja sih, faktor-faktor tersebut?
a. Faktor BIOTIK
1. Aktivitas Manusia
Aktivitas
manusia tentu sangat berpengaruh terhadap penyebaran makhluk hidup. Contohnya,
apabila kita menebang pohon, maka florapun lama-kelamaan akan habis. Dengan
habisnya flora, maka tidak ada lagi makanan untuk para fauna, dan para faunapun
mencari wilayah dimana masih terdapat bahan makanan untuk mereka.
2. Flora dan Fauna
Hewan
memiliki peranan terhadap tumbuhan, contohnya membantu dalam proses
penyerbukan, hal ini biasanya dilakukan oleh lebah, kupu-kupu, dan lain-lain.
Selain hewan, tumbuhanpun juga berperan dalam menyuburkan tanah. Tanah yang
subur, memungkinkan terjadinya perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan, serta
dapat mempengaruhi kehidupan faunanya.
b. Faktor ABIOTIK
1. Iklim
Faktor iklim (suhu,
kelembapan udara, angin, dll) juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran
makhluk hidup. Faktor suhu dan kelembapan sangat berpengaruh bagi perkembangan
fisik tumbuhan. Sedangkan matahari, sangat berperan dalam proses fotosintesis.
Perbedaan iklim di suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya
berbeda-beda juga. Berdasarkan tingkat kelembapan udaranya, tumbuhan dapat
dibagi menjadi tiga kelompok :
· Xerophyta : Tumbuhan yang mampu beradaptasi di daerah
kering sekalipun (contoh = kaktus)
· Mesophyta : Tumbuhan yang dapat hidup di tanah
yang lembab (Contoh = Padi)
· Tropophyta : Tumbuhan yang di dalam kehidupannya
membutuhkan banyak air (Contoh = eceng gondok)
2. Keadaan Tanah
Perbedaan jenis tanah, mulai dari tekstur hingga zat mineral yang terkandung di dalamnya, dapat mempengaruhi berbagai jenis tanaman yang tumbuh. Mengenai tekstur, dapat mempengaruhi daya serap tanah terhadap air. Ketika tanah tersebut memiliki daya serap air yang tinggi, maka berbagai jenis tanamanpun dapat tumbuh, dan begitu pula sebaliknya. Contoh perbandingan wilayah tropis dengan gurun pasir. Daerah tropis banyak ditumbuhi hutan lebat, pohonnya yang tinggi-tinggi dan daunnya selalu berwarna hijau. Sebaliknya, di gurun pasir hanya tanaman tertentu saja yang dapat tumbuh (seperti kaktus).
Perbedaan jenis tanah, mulai dari tekstur hingga zat mineral yang terkandung di dalamnya, dapat mempengaruhi berbagai jenis tanaman yang tumbuh. Mengenai tekstur, dapat mempengaruhi daya serap tanah terhadap air. Ketika tanah tersebut memiliki daya serap air yang tinggi, maka berbagai jenis tanamanpun dapat tumbuh, dan begitu pula sebaliknya. Contoh perbandingan wilayah tropis dengan gurun pasir. Daerah tropis banyak ditumbuhi hutan lebat, pohonnya yang tinggi-tinggi dan daunnya selalu berwarna hijau. Sebaliknya, di gurun pasir hanya tanaman tertentu saja yang dapat tumbuh (seperti kaktus).
3. Air
Air memiliki peranan penting bagi tumbuhan, yaitu dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dengan adanya curah hujan di daerah tertentu. Daerah yang curah hujannya kurang, keanekaragaman tumbuhannyapun kurang dibandingkan daerah yang memiliki bannyak curah hujannya, seperti di daerah tropis.
Air memiliki peranan penting bagi tumbuhan, yaitu dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dengan adanya curah hujan di daerah tertentu. Daerah yang curah hujannya kurang, keanekaragaman tumbuhannyapun kurang dibandingkan daerah yang memiliki bannyak curah hujannya, seperti di daerah tropis.
4. Tinggi Rendah Permukaan Bumi
Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti daerah pegunungan, pantai, dataran rendah dan perbukitan. Perbedaan tinggi rendah permukaan bumi, mengakibatkan adanya variasi suhu udara. Variasi suhu udara tersebutlah yang mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan.Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu udara di daerah tersebut. Dan begitu pula sebaliknya. Contohnya, tanaman yang hidup di daerah pantai, banyak di tumbuhi oleh pohon kelapa, namun lain halnya pada daerah pegunungan, yang memiliki banyak keanekaragaman tumbuhan, pohon-pohon yang rimbun, dan lain lain.
Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti daerah pegunungan, pantai, dataran rendah dan perbukitan. Perbedaan tinggi rendah permukaan bumi, mengakibatkan adanya variasi suhu udara. Variasi suhu udara tersebutlah yang mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan.Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu udara di daerah tersebut. Dan begitu pula sebaliknya. Contohnya, tanaman yang hidup di daerah pantai, banyak di tumbuhi oleh pohon kelapa, namun lain halnya pada daerah pegunungan, yang memiliki banyak keanekaragaman tumbuhan, pohon-pohon yang rimbun, dan lain lain.
3.4 Evolusi
Pengertian evolusi
Evolusi merupakan perubahan biologis yang
dialami mahluk hidup seiring berjalannya waktu. Ada banyak sekali bukti dari
banyak sumber independen mendukung keberadaan evolusi, yang tidak bertentangan
dengan keyakinan agama ataupun keyakinan kepada Tuhan.
Evolusi didorong oleh dua
mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan
genetik. Seleksi
alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu
populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal
ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih
berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya
yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui
kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini
dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic
Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas
apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan
bereproduksi.
www.alifatulazizah.wordpress.com
www.humaniora.kompasiana.com
www.wikipedia.com
0 komentar:
Posting Komentar